Di tengah badai yang genting, negara Hua menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Brama, seorang narapidana hukuman mati yang seharusnya dipenjara, tiba-tiba melarikan diri dari penjara dengan keamanan tinggi, melepaskan kekacauan dan ketakutan pada masyarakat seperti binatang buas yang dibebaskan dari kandangnya. Bersamaan dengan itu, Pluto si Bidah, sosok misterius dari negeri yang jauh dengan motif tersembunyi, memprovokasi dan menantang Hua, berusaha merusak fondasi negara kuno ini. Dalam momen kritis gejolak internal dan eksternal ini, Penguasa Hua menunjukkan kebijaksanaan dan keberanian yang luar biasa. Dia memahami bahwa hanya kombinasi tangan besi dan kelicikan yang dapat meredakan badai ini. Di satu sisi, dia memasang jaring yang luas, bersumpah untuk menangkap kembali narapidana hukuman mati yang melarikan diri, Brama, untuk dijadikan contoh; di sisi lain, dia secara pribadi memimpin prajurit elit Hua untuk menghadapi Pluto si Bidah yang menyerang, bersumpah untuk mempertahankan setiap inci tanah Hua dan setiap warga negara. Setelah serangkaian kontes yang mendebarkan, Brama akhirnya dibawa ke pengadilan, rute pelariannya menjadi jalan buntu yang mengarah pada kematian. Dan Pluto si Bidah, di bawah perlawanan heroik Penguasa Hua, dikalahkan dan mundur, konspirasi dan ambisinya larut menjadi ketiadaan. Krisis ini, meskipun menyebabkan kerusakan besar pada Hua, juga menginspirasi persatuan dan semangat juang rakyat Hua. Di bawah kepemimpinan Penguasa Hua, Hua memulai jalan revitalisasi yang komprehensif. Ekonomi, budaya, militer, dan bidang lainnya mengalami perkembangan dan kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Status internasional Hua juga melonjak, menjadi kekuatan yang tak terbantahkan di dunia. Menengok ke belakang pada tahun-tahun yang penuh gejolak itu, rakyat Hua tahu bahwa berkat kepemimpinan yang bijaksana dan dedikasi tanpa pamrih dari Penguasa Hua, mereka mampu mengatasi momen kelam itu dan mengantarkan masa depan yang cerah. Mereka akan terus bergerak maju dengan langkah yang lebih bertekad, menuliskan babak gemilang untuk Hua di sungai sejarah yang panjang. Dan ingatan tentang narapidana hukuman mati Brama dan Pluto si Bidah akan menjadi legenda yang tak terhapuskan dalam sejarah Hua.
Show More
Show Less